RSS

Saat ini Indonesia telah Merdeka secara Fisik, tapi belum secara Moral!!!

Terinspirasi dari tulisan seorang teman. Dan mungkin saya merasa kurang pantas menulis seperti ini. Karena memang jujur saya belum bisa berkontribusi penuh untuk Indonesiaku. Indonesiaku? Apa kah pantas juga saya menyebutnya?


Apakah kita pantas berkata merdeka? Kalau saja masih ada anak-anak mati karena busung lapar. Masih ada sebagian penduduk yang masih menguyah ‘tiwul’(makanan pokok yang terbuat dari ketela), disaat kita duduk santai sambil wifian di restoran Internasional. Masih ada sekelompok daging hidup yang mogok makan karena urusan sengketa tanah dengan pemerintah. Dan yang paling menakjubkan akhir-akhir ini adalah meletusnya tabung hijau kecil yang hanya memuat 3kg gas hasil subsidi dari pemerintah. Angkanya pun tak main-main, 5 kali dalam sehari. Memang, ada ganti rugi sekitar 25juta. Namun, apakah angka itu cukup untuk mengganti sanak saudara anda (maaf:yang meninggal dunia, naudzubillah min dzalik). Tentu tidak, bahkan seringkali mengalami ‘tombok’ karena harus bayar biaya rumah sakit yang mencapai 400juta. Kalau seperti ini siapa yang rugi? Kalau saja pemerintah lebih teliti lagi, mungkin uang ganti rugi itu bisa di alihkan ke hal yang berguna. Oke, lupakan kasus tabung hijau itu. Masih banyak pertanyaan yang hingga detik ini belum terjawab. Kasus Lapindo, masih ingatkah anda? Atau sudah lupa karena memang tak ada yang pernah memikirkannya(lagi). Disaat banyak kerugian yang dialami warga sekitar porong, begitu bangganya seorang Bakri menggelar pesta perikahan putra-putrinya dengan sangat meriah. Wow, fantastis memang. Sering saya bertanya-tanya, “kok bisa tidur ya tu orang melihat penderitaan warga karena ulah tangannya”.

“Hei bung, di mana tanggung jawab anda?”

”Dimana rasa kemanusiaan anda?”

Ini hanya segelintir kasus yang pernah singgah di otak saya, dan masih banyak lagi kasus yang mungkin akan panjang bila saya tuliskan.


Kembali ke topik diatas, Saat ini Indonesia telah Merdeka secara Fisik, tapi belum secara Moral!”. Mengapa demikian? Tidak usah melihat yang jauh dari pandangan kita, kita lihat saja dari hal-hal kecil disekitar kita. Sekarang kita memang sudah tidak terjajah secara nyata, seperti masa penjajahan Belanda, Inggris ataupun Jepang. Tidak. Itulah artinya kita sudah Merdeka, Merdeka secara fisik. Namun, bagaimana dengan moral kita? Seiring dengan perkembangan jaman serta teknologi yang serba mutahir ini, tak menutup kemungkinan untuk kita terhanyut didalamnya. Semua yang serba canggih, memang menguntungkan bagi kita. Namun terkadang membuat kita menjadi malas, bagaimana tidak malas kalau kita hanya menginginkan yang serba cepat serba instan. Dalam bahasa kerennya mungkin kita hanya ingin shortcut-nya saja. Kita hanya bisa menggunakan dan memanfaatkan yang sudah tersedia. Sama sekali tak terpikirkan harus mengembangkan, mengaturnya atau bahkan membuat sesuatu hal yang baru. Dan siapa yang membuat semua itu, bangsa barat. Yah, dalam konteks ini kita hanya memanfaatkan karya mereka. Padahal dari segi lain, mereka jelas meniru kita. Kita semua tahu bahwa Negara Barat mempunyai liberalisme yang menjujung tinggi kebebasan, sering kita menirunya dalam hal negative seperti free sex, life syle dan lain sebagainya. Namun apakah anda tahu bahwa di Barat, sebuah video purno hanya bisa di beli oleh orang dewasa dengan menunjukkan KTP. Sedangkan kita liat di Indonesia, seorang anak SD dengan mudah mendapatkannya asalkan mempunyai uang yang cukup. Atau bahkan terkadang ada warnet yang dengan sengaja menyediakannya. Sangat ironis. Saya juga miris kalau melihat pemuda di daerah tempat tinggal saya. Mereka punya uang, mereka bisa membeli sebuah sepeda motor. Tetapi, kenapa mereka hanya bisa memodifikasinya. Melakukan balaban liar yang membuat telinga hampir pecah dibuatnya, minum-minuman keras ala barat. Apa kalian hanya ingin menjadi sampah Indonesia. (Wow, kasarnya. Namun ini menurut pengakuan salah seorang tersangka). Kadang saya berpikir kalau mereka sebenarnya kreatif, dengan mengganti dan merubah model sebuah motor. Namun alangkah baiknya kalau mereka bisa menciptakan inovasi baru yang bisa membanggakan bangsanya, Indonesia. Bukan hanya sekedar mengedit yang sejatinya para penciptanya susah payah merancangnya.


Masih berhubungan dengan Negara Barat. Yah, Bangsa Barat memang konsutif. Suka menghambur-hamburkan uang demi kesenangan semata. Apa kita juga seperti itu? Jawabannya adalah “IYA”. Lantas dimana letak perbedaannya? Di Negara Barat, mereka menghambur-hamburkan uang namun mereka tidak lupa memenuhi kewajibannya. Kewajiban sebagai manusia, yakni menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya. Mereka menyeimbangkan sifat konsumtif mereka dengan sifat produktif. Produktif dengan cara mengembangkan teknologi mereka. Dan disini kita masih menggunakan shortcut-nya. Bagaimana dengan kita, bangsa Indonesia? Disini lah letak perbedaan kita. Kebanyakan dari kita memang mempunyai sifat konsumtif, namun itu tidak disertai dengan sifat produktif kita. Hal ini benar-benar tidak seimbang bukan. Padahal kalau dilihat dari segi SDA (Sumber Daya Alam), kita sangat kaya. Kita punya banyak tambang batu bara, namun sayang kita tidak bisa mengolahnya. Dan dengan senang hati kita harus mengirimnya ke luar negeri kemudian di olah, lalu kita harus membelinya kembali.


Jika demikian, apa yang bisa kita lakukan sebagai pamuda generasi bangsa? Manfaatkan semua kekayaan alam ini, jangan sampai kita sebagai mahasiswa merusak atau menyalagunakan kekayaan alam yang ada. Sebisa mungkin kita memberi contoh yang baik terhadap warga Indonesia, mulai dari hal yang terkecil(membuang sampah pada tempatnya). Ini hal kecil yang kita sering melupakannya. Satu hal yang mungkin sulit untuk dilakukan, ‘disiplin’ seperti orang-orang jepang. Kita harus yakin bahwa kita bisa lebih baik dari mereka. Amin. Menanamkan ‘kejujuran’ dan ‘amanah’ pada diri kita juga merupakan hal yang sangat penting. Kedua sifat Rasulullah SAW itu mampu membuat beliau dipercaya oleh para investor serta rekan kerjanya walaupun beliau hanya memiliki modal yang minimal pada saat itu. Dan yang terakhir adalah jangan pernah berhenti untuk belajar, awal sebuah bangsa yg maju adalah jika rakyatnya rajin membaca. Mari sama-sama belajar yukk!! Semangat….


Intinya, kita memang sedang tidak terjajah secara fisik namun kita terjajah secara moral. Pada pola pikir kita. Terjajah secara halus dan tanpa tersadari. Kalau dulu kita terjajah dengan cara yang menyakitkan, kini kita terjajah dalam keadaan yang enak dan nyaman. [/men][mumu]


Puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya terselesaikan juga.. ^^

Indonesia-ku, ijinkan aku menapakkan jejak langkah kakiku untuk sebuah pencapaian mimpi di atas tanahmu.

Bapak ibu, terima kasih atas goresan cinta yang kalian berikan padaku. Aku bangga terlahir di keluarga ini. :)

Mas Muhammad Mujahidillah (my 36’s oldest brother), terima kasih buat sumber inspirasinya. :)

Family of 36 : Mas Dhanika, Mbak Aghita, Mbak Hajar. Kalian yang telah membimbingku, terima kasih.

The last, pelangiku (datang dan pergi begitu saja)


17.08 WIB

Gorang-gareng, 17 Agustus 2010

Di bawah terik Matahari yang selalu menyinarimu, Indonesia!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 komentar:

Anonim mengatakan...

great..tulisan yang sangat kritis. ya, ketika mengkritisi persoalan negeri tidak akan pernah ada habisnya. Polemik bangsa yang tak kunjung usai,memang bener perubahan itu berawal dari diri kita sendiri. Yang kaya berkuasa dan semakin kaya, dan yg miskin akn tertindas dan makin miskin. Lalu tunggu saja apakah Indonesia akan mengulangi revolusi yang pernah terjadi?

Selamat belajar kandy,to be a better girl, to 'heal' this nation..=)

Kandy Rudyanti mengatakan...

makasih mbak...^^
Iseng ini, dari pada nganggur. Ini juga banyak di bantu mas mumu, benerin kosakata juga. Maklum lah.. :P
iya mbak, miris kalau kita sebagai 'mahasiswa' hanya bisa terdiam melihat semua itu... Tanpa bisa melakukan perubahan.

to 'heal' this nation..--> Mari bersama-sama mewujudkannya... :)

Anonim mengatakan...

kalo pendapat pribadiku sih..utk menyembuhkan kembali negeri ini dgn memperbaiki diri dan lingkungan terkecil kita. contoh:
-kita sebagai wanita, kelak akan melahirkan generasi penerus bangsa maka kita harus tanamkan akidah dan akhlak mulia yang kuat pada mereka.karena pada dasarnya Islam jg mengajarkan bakti kpd negara.
-ketika memilih pekerjaan,jgn asal memilih dgn orientasi gaji besar krn lihat dulu visi dari pekerjaan tersbut,misalnya jgn malah membantu pihak asing yg justru mengeruk kekayaan Indonesia. Bekerjalah utk memakmurkan negeri kita sendiri..

...be wise..=)

achmad pramono mengatakan...

Hai can..
tulisannya sangat bagus sekali :)...hehehehhehehe...sampai saya bersemangat,,gag bisa tidur sampe pagi..hahahha....Keep healthy & always posting your note evrywhere & everytime...semangat !